Senin, 18 Juni 2012

Saatnya mengingat dia yang sedikit terlupakan



Saatnya mengingat dia yang sedikit terlupakan
by: vhika nazryel chaniago


Saat kita masih duduk dibangku sekolah dasar. Kita sering mendengar pertanyaan ini.
"Siapakah yang harus dihormati bila kamu berada dirumah?"
Lalu kita serempak menjawab.
"Orang tua"
Kemudian terdengar lagi sebuah pertanyaan.
"Siapakah yang kalian utamakan dalam hidup kalian?"
Bagai telah diatur, otak kita langsung saja menjawab. "Ibu"
Tak bisa di elakkan seorang ibu memang orang yang paling berharga di muka bumi ini. Tapi mungkin sampai saat ini banyak diantara kalian yang hanya menjawab sebatas itu saja. Tanpa mengingat orang tua adalah ayah dan ibu. Memang derajat seorang ibu 3 tingkat diatas ayah. Namun, itukah alasan anda untuk melupakan dia?

Dia lah seorang ayah yang selama ini kita tempatkan nomer 2 setelah ibu. Seorang pemimpin yang keras namun tetap menyimpan lembutnya kasih sayang di dalam hatinya untukmu.

Seseorang yang bila bertutur kata tak seramah dan sehalus ucapan seorang ibu. Namun setiap kata yang terkandung dalam ucapannya memiliki sejuta makna untuk menyampaikan cintanya padamu.

Sadarkah kamu?
Dia menyayangimu tulus.Meski kadang harus tertutupi dan mengalah oleh egomu.

Diapun mulia, semulia seorang ibu. Diapun bisa meneteskan airmata dibalik keras hatinya saat kamu berjalan menjauh menentangnya.

Ketika kamu mendekati ibumu yang terlihat lelah setelah memasak untukmu. Kau berniat mengeringkan keringatnya dengan sapu tanganmu. Dan ayahmu datang mendekat, ia hanya berkata "begitulah seharusnya seorang anak." Tanpa bertanya.
"Kapankah kau mengeringkan keringatku yang setiap hari mengalir demi mendapatkan semua makanan yang ada dihadapanmu sekarang?"

Dan ketika kau memijat kaki ibumu pada malam hari.Iba melihat wajahnya yang lelah. Dia hanya berkata.
"Begitulah seharusnya seorang anak."
Tanpa bertanya. "Kapankah kau memijat kaki ku yang setiap hari melangkah demi melihatmu tertawa senang sekiranya aku kembali lagi kerumah ini?"

Saat kamu beranjak dewasa. Begitu banyak hal yang membuatmu menentang setiap kata-kata dan perintahnya.

Ketika kamu tak lagi betah dirumah dan lebih memilih bermain dengan teman-temanmu hingga larut malam. Dan kamu berfikir hanya ibu yang mengkhawatirkanmu. Ayah hanya akan memarahimu ketika tau kau baru pulang jam 11 malam. Ayahpun sangat mengkhawatirkanmu, hanya saja ia tak tau bagaimana caranya menunjukkan perasaan itu padamu.

Ketika dia memarahimu dengan kata-kata yang membuatmu sakit hati. Dan segenap emosi yang membara dalam dadanya. Dan kau bergelayut meminta perlindungan pada ibumu. Lalu menyumpahinya dalam hatimu.
"Ayah jahat!"
begitu katamu memotong kata-katanya.

Lalu dia menghentikan kata-katanya dan membiarkanmu menangis dipelukan ibumu. Meski sesungguhnya dia ingin sekali memelukmu dan mengatakan padamu
"Betapa aku mencintaimu anakku, aku terlalu menyayangimu hingga aku tak ingin kau salah melangkah dalam meniti masa depanmu."
Sanggupkah kalian mendengar dan mengerti rintihannya.Betapa hancur hatinya saat kau bilang dia jahat.

Ketika kau benar-benar dewasa. Dan memilih untuk menjauh darinya.
Dia menangis dalam hatinya. Berharap dapat terus mendampingimu sampai kau siap melangkahkan kakimu menjadi manusia yang mandiri. Dia ingin kau jadi yang terbaik dalam didikannya.

Ketika kamu bisa memberikan waktu, tawa dan sedikit perdebatan dengan teman-temanmu. Apakah kamu bisa membaginya pula dengan ayahmu?

Ia selalu berfikir dan bekerja keras untuk membayar spp mu tiap
semester, messieurs kamu tidak pernah membantunya menghitung berapa
banyak kerutan di dahinya....
Bahkan dia akan senang hati mendengarkan nasehatmu untuk menghentikan
kebiasaan merokoknya.. ..
Ayah mengangkat beban berat dari bahumu dengan merengkuhkan tangannya
disekeliling beban itu....

Pujian terbaik bagi seorang ayah adalah ketika dia melihatmu melakukan
sesuatu persis seperti caranya....
Ayah lebih bangga pada prestasimu, daripada prestasinya sendiri....
Ayah hanya akan menyalamimu ketika pertama kali kamu pergi merantau
meningalkan rumah, karena kalau dia sampai memeluk mungkin ia tidak
akan pernah bisa melepaskannya.

Dari salah satu blog poenya zahra.


Pernah beberapa kali aku melihat ayah meneteskan airmatanya ketika duduk sendirian didepan TV. Saat aku bertanya. "Kok mata ayah merah? Nangis ya yah?"
Ayah cuma tersenyum dan berkata. "Ayah abis tertawa menonton acara TV."
Saat melirik ke arah TV aku hanya melihat acara berita. Yang sedang memperlihatkan video para pelajar yang sedang tawuran dan anak laki-laki yang luka-luka karena kejadian itu. Aku mengerti, ayah tengah rindu dengan kedua anak lelakinya."

Aku ingin sekali berkata pada ayah.
"Cukup sekali aku melihatmu menangis ayah. Saat Mama terbujur kaku di kasur tempat peraduan kalian. Saat kau harus menerima kenyataan harus membesarkan kami seorang diri .Aku tak ingin kau meneteskan airmata itu lagi ayah, karena kau lah yang TERBAIK."
Walau mungkin tak sanggup aku ungkapkan itu di hadapanmu ayah.


Sudahkah kamu menjadi "begitulah seharusnya seorang anak ?" untuk AYAH


http://gatrix31.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar

Trimakasih atas kunjungannya, semoga bermanfaat:)

Template by:

Free Blog Templates